ECONOMIC ZONE - Sejumlah pejabat Indonesia bertolak ke Washington DC pekan ini untuk bernegosiasi soal tarif baru yang diberlakukan AS.
Delegasi membawa non-paper komprehensif yang membahas tarif, hambatan non-tarif, dan usulan investasi untuk menutup defisit perdagangan senilai USD18–19 miliar.
Negosiasi ini berlangsung di tengah ketegangan dagang global yang memanas setelah Trump menaikkan tarif dasar 10% untuk semua impor, ditambah bea tambahan bagi 60 negara mitra utama seperti Tiongkok, Uni Eropa, dan Vietnam.
Sementara negosiasi berjalan, kondisi makro Indonesia justru menguat.
Cadangan devisa naik USD2,58 miliar menjadi rekor baru USD157,08 miliar per akhir Maret, memperkokoh ketahanan eksternal.
Ditambah lagi, sentimen pasar Asia membaik setelah AS memberikan pengecualian tarif untuk sebagian produk Tiongkok, meredakan kekhawatiran soal perlambatan ekonomi kawasan.
Rupiah ikut menguat, ditutup naik 0,12% ke IDR16.775 per dolar AS, mengungguli offshore CNY, PHP, dan HKD, meski masih tertinggal dari MYR dan KRW. Kurs JISDOR BI juga menguat 0,2%, sementara yield SBN turun, dengan yield 2Y turun 6,1bps ke 6,79% dan 10Y turun 4,2bps ke 6,77%, mencerminkan perbaikan kepercayaan pasar.
Meski mencatatkan penguatan di Maret, tekanan terhadap Rupiah masih ada karena kebutuhan intervensi yang meningkat.
Selama April, Rupiah sudah terkoreksi 1,28% MTD dan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, meski pelemahan Dolar secara global masih memberi sedikit ruang napas.
Di tengah kondisi ini, DJPPR menggelar lelang sukuk negara senilai IDR10,0tr hari ini, menawarkan seri PBS dan SPNS.
Seri yang dilelang meliputi PBS003 (6,67%–6,87%), PBS030 (6,72%–6,92%), PBSG001 (6,63%–6,83%), PBS034 (6,76%–6,96%), PBS038 (7,04%–7,24%), SPNS13102025 (6,42%–6,62%), dan SPNS12012026 (penerbitan baru, belum ada yield acuan).
Rekor cadangan devisa, penurunan yield UST ke 4,50%, dan membaiknya sentimen domestik seharusnya membantu pemerintah menyerap permintaan mendekati atau bahkan melebihi target, dengan fokus ke PBSG001 dan tenor panjang.
Ke depan, pasar akan mencermati hasil negosiasi tarif Indonesia, sekaligus menunggu rilis data domestik penting seperti neraca perdagangan Maret, current account balance 1Q25, serta survei consumer confidence, yang akan membentuk ekspektasi pasar menjelang RDG BI berikutnya. (Mirae Asset Sekuritas Indonesia Market Update)
Komentar