ECONOMIC ZONE - Setelah sempat terpuruk akibat ketidakpastian ekonomi global, Konveksi Sinergi ADV Nusantara kini bangkit dan menunjukkan kebangkitan yang luar biasa. Berlokasi di Kampung Kalibata, Jalan Arsip 2, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, usaha kecil menengah (UKM) ini telah mempekerjakan lebih dari 200 karyawan, yang berasal dari warga sekitar hingga daerah lain.
Berkat ketekunan, kesabaran, serta optimalisasi pemasaran digital melalui marketplace, Sinergi ADV Nusantara berhasil meraih omzet harian hingga Rp61 juta atau setara Rp1 miliar setiap bulannya.
Dalam sebuah acara fashion show bertema Citayam Gank yang digelar Rabu (30/4/2025), serta diskusi bertajuk UMKM Bergerak Menghadapi Resesi, Gempuran Produk Impor, Daya Beli Rendah, dan Badai PHK, CEO Sinergi ADV Nusantara H. Prama Tirta membagikan kisah jatuh bangun usahanya.
“Saat kondisi sulit kemarin, saya sempat bingung harus mengolah bahan seperti apa. Akhirnya, saya belajar secara online, membuat desain sendiri, mengunggahnya ke marketplace, meskipun awalnya tidak laku. Tapi saya tidak menyerah,” ungkap Prama. “Lama-lama saya temukan tren jersey bernomor yang disukai pasar. Sekarang justru kekurangan tenaga kerja.”
Prama menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi margin kecil. “Kadang untungnya hanya Rp2.000 per item. Tapi jika volume penjualan tinggi, hasilnya tetap signifikan. Dari Rp61 juta omzet harian, dengan 4.000 item dan margin Rp2.000, kami bisa meraih Rp8 juta laba bersih per hari setelah dikurangi biaya operasional.”
Sebelumnya, satu nota pemesanan bisa mencapai 10.000 hingga 50.000 potong. Saat ini, sistem distribusinya bahkan dilakukan satuan, lengkap dengan label resi per produk.
Selain itu, Prama mengajak para pelaku UKM untuk menjalin kolaborasi antara pabrik dan konveksi. “Kalau semua jalan sendiri-sendiri, susah berkembang. Tapi kalau saling percaya dan berbagi pasar, peluang akan terbuka lebar. Saya pribadi sudah bekerja sama dengan pabrik yang memberi kepercayaan kepada kami.”
Dalam diskusi tersebut, Prama sempat berdialog dengan Taufik, seorang mahasiswa sekaligus pemilik pabrik kain, yang mengaku stok kainnya menumpuk karena penjualan menurun. Prama mendorongnya untuk membangun kepercayaan dengan pelaku konveksi agar produksi tetap berjalan dan karyawan tetap bekerja.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, turut memberikan apresiasi terhadap inovasi Prama. “Kami dari asosiasi terus berbagi ide dan mendukung langkah-langkah kreatif seperti ini. Dulu hanya 60 karyawan, sekarang sudah 200 dalam hitungan minggu. Ini menunjukkan bahwa terobosan kecil bisa berdampak besar.”
Nandi berharap langkah Prama dapat menginspirasi pelaku konveksi lainnya di tengah tekanan produk impor. “Kalau dalam kondisi digempur impor saja bisa bangkit, bayangkan jika pemerintah benar-benar serius melindungi industri dari impor ilegal. Kami tidak menolak impor, tapi impor ilegal jelas merugikan.”
Ia juga menyoroti potensi besar sektor konveksi dalam menyerap tenaga kerja. “Satu usaha bisa mempekerjakan ratusan orang. Bahkan lulusan SD atau mereka yang putus sekolah pun bisa bekerja. Ini adalah peluang emas menciptakan lapangan kerja tanpa batasan pendidikan.”
Camat Jagakarsa, Santoso, mengapresiasi kiprah Sinergi ADV Nusantara yang dinilai mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi. “UMKM ini tidak hanya memberikan lapangan kerja bagi warga sekitar, tapi juga menjadi contoh usaha yang tangguh. Kami, dari pemerintah, mendukung penuh kegiatan usaha yang berdampak langsung bagi masyarakat.”
Komentar