ECONOMIC ZONE - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah diperdagangkan di pasar luar negeri ke level Rp17.006 per dolar AS, atau turun 1,58 persen seiring dengan memanasnya perang dagang usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru untuk sejumlah negara mitra dagang.
Pelemahan rupiah tidak lepas dari dampak kebijakan dagang terbaru dari Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif resiprokal terhadap Indonesia hingga 32%. Kebijakan ini didasari oleh defisit perdagangan AS terhadap Indonesia, dan dinilai sebagai bagian dari strategi proteksionisme ekonomi Trump.
Selain itu, respons balasan dari China yang turut menaikkan tarif produk AS memperburuk kondisi pasar global.
Ketidakpastian tinggi membuat investor global cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump telah diperkirakan dapat melemahkan nilai tukar rupiah. Trump diketahui mengumumkan kebijakan tarif resiprokal yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Dalam kebijakan ini, produk non-migas Indonesia dikenakan tarif sebesar 32% saat memasuki pasar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menegaskan pihaknya akan tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention, yakni intervensi di pasar valas pada transaksi spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunnder.
"Bl akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui optimalisasi strategi triple intervention, yaitu intervensi di pasar valas (spot), Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pasar Surat Berharga Negara (SBN) sekunder," ujar Ramdan dalam keterangannya.
BI juga memastikan ketersediaan likuiditas valas bagi perbankan dan dunia usaha tetap terjaga, serta mendukung keyakinan pelaku pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
"Hal itu dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar," terang Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resmi, yang diterima Sabtu (5/4).
Selain itu, BI juga akan terus memonitor perkembangan pasar keuangan global dan domestik pasca pengumuman kebijakan tarif Trump yang baru.
Komentar