ECONOMIC ZONE - Kampung nelayan di bibir perairan Teluk Jakarta ini menjadi rumah bagi banyak pendatang yang sebagian besar merupakan nelayan dan pekerja untuk produk olahan dari ikan dan udang yang mereka tangkap.
Musim kemarau kali ini, nelayan di wilayah kampung nelayan Kalibaru, Jakarta Utara, disibukkan dengan aktifitas panen udang rebon. Selain itu, para nelayan juga merasa diuntungkan lantaran proses pengeringan udang menjadi lebih cepat.
Contohnya Sukmini, pengepul udang rebon, ketika ditemui di sela-sela menjemur udang di lapangan kapal nelayan Kalibaru, Jakarta Utara, akhir pekan, membenarkan, saat ini dirinya bersama para nelayan sedang sibuk memanen udang.
Lebih lanjut, Sukmini menjelaskan, dirinya menampung udang rebon dari para nelayan. Dalam sehari, dia mengaku bisa menampung rata-rata sekitar 1 ton udang rebon. Bahkan kalau sedang panen bagus, dia bisa mendapatkan sekitar 10 ton.
“Udang rebon sudah dijemur kering, kemudian dikirim ke beberapa daerah seperti industri terasi, di Madura, Kediri, Pekalongan dan Tulungagung Jawa Timur. Harga Udang rebon kering dibandrol antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram, tergantung kualitas,” katanya. Sejumlah pengusaha industri terasi dan kerupuk udang menggantungkan pasokan udang rebon dari wilayahnya. Soalnya, udang rebon dari nelayan dianggap memiliki kualitas baginya.
Pada kesempatan yang sama, Saidi warga setempat, mengaku mendapat berkah dari panen udang rebon. Setiap hari, dia bisa membawa uang sebesar Rp 80 ribu dari upah menjemur udang rebon.
Sementara harga udang sabu kering per kilogramnya bisa mencapai sekira Rp 40.000.
Sedangkan untuk udang sabu yang baru di tangkap dalam keadaan masih basah dibandrol dengan harga Rp 300.000 per keranjang ukuran piber nelayan setempat. Rata-rata nelayan menggunakan alat tradisional untuk menangkap udang sabu yang menjadi bahan baku utama untuk membuat terasi tersebut.
Komentar